Menurut para ahli, pada usia dini terjadi
beberapa periode perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seorang anak
secara umum akan memperlihatkan ciri-ciri khusus atau karakteristik tertentu
yang hampir sama. Menurut Comenius (Kartini Kartono, 1986: 34). periode perkembangan
seorang anak terdiri empat tahap.
Salah satu tahap tersebut adalah tahap 0-6 tahun
atau periode sekolah-ibu. Periode 0-6 tahun disebut periode sekolah ibu, karena
hampir semua usaha bimbingan, perawatan, pemeliharaan, dan pendidikan anak
berlangsung di dalam keluarga yang dilakukan oleh ibu. Berikut akan diuraikan
tentang fase-fase perkembangan anak usia dini.
a. Anak usia 0-2 tahun
Secara umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun,
anak mengalami perubahan yang pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami
pada fase-fase berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar
yang berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan
berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium,
mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara
emosional dan sosial terhadap orang-orang sekelilingnya.
Segala bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal)
dari orang lain akan mendorong anak untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman
sensori dan ekspresi perasaan meskipun anak belum mampu memahami kata-kata.
Menurut Monks (1992:74-75) menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat
penting untuk perkembangan bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas
vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan pemberian reinforsement verbal.
Stimulasi verbal yang terusmenerus juga akan memudahkan anak untuk belajar
melafalkan suara-suara dan Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan
masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini
terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada
jenjang pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat pesat. gerakan-gerakan yang
mengkomunikasikan suasana emosinya, seperti marah, cemas, tidak setuju dan
lain-lain.
b. Anak usia 2-3 tahun
Pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk
berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang memanjat, meloncat, menaiki
sesuatu dan lain sebagainya.
Solehuddin (1997: 38) berpendapat bahwa pada anak
usia 2-3 tahun lazimnya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya.
Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat
perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar tentang jumlah, membedakan antara
konsep satu dengan banyak dan senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang
kesemuanya diwujudkan anak dalam aktivitas bermain maupun komunikasi dengan
orang lain. Kemampuan anak menguasi beberapa patah kata juga mulai berkembang.
Anak mulai senang dengan perckapan walaupun dalam bentuk dan kalimat yang
sederhana. Selain itu juga, sikap egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa
memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain.
Anak cenderung melakukan sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan
kemauan dan kepentingan orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan
dari orang lain jika anak menginginkannya.
c. Anak usia 3-4 tahun
Secara umum, anak pada fase ini masih mengalami
peningkatan dalam berperilaku motorik, sosial, berfikir fantasi maupun
kemampuan mengatasi frustasi. Untuk kemampuan motorik, anak sudah menguasai
semua jenis gerakan-gerakan tangan, seperti memegang benda atau boneka. Akan
tetapi sifat egosentriknya masih melekat. Tingkat frustasi anak juga cenderung
menurun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif atau sudah ada sifat
kemandirian anak. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan
menuntut lebih banyak kemandirian. Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya
ini, anak akan memperlihatkan kesiapannya untuk mendengarkan cerita-cerita
secara lebih lama, bahkan anak juga sudah dapat mengingatnya. Selanjutnya
dengan sifat kemandirian yang dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak
diatur dalam kegiatankegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai
mengenal konsep jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.
d. Anak usia 4-6 tahun
Ciri yang menonjol anak pada usia ini adalah anak
mempunyai sifat berpetualang (adventuroussness) yang kuat. Anak banyak
memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang apa sempat ia lihat atau
didengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan benda-benda di
sekitarnya membuat anak senang bepergian sendiri untuk mengadakan eksplorasi
terhadap lingkugan disekitarnya sendiri. Pada perkembangan motorik, anak masih
perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan dengan perkembangan fisiknya,
anak usia ini makin berminat terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan
hubungan dan kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki
kesenangan dan aktivitas yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah
anak sudah mampu memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang disebabkan
semakin meningkatnya keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan tahap perkembangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah
perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun
atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini
atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang sangat
pesat.